Selasa, 06 Mei 2008

Psikoterapi

PENDAHULUAN

Pengertian multikulturalisme
Multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.
Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan multikultural. Akan tetapi tentu, tidak cukup hanya sampai disitu. Bahwa suatu kemestian agar setiap kesadaran akan adanya keberagaman, mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi dan dielaborasi secara positif. pemahaman ini yang disebut sebagai multikulturalisme.
Mengutip S. Saptaatmaja dari buku Multiculturalisme Educations: A Teacher Guide To Linking Context, Process And Content karya Hilda Hernandes, bahwa multikulturalisme adalah bertujuan untuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi.
Pengertian ini memang sangat relevan dengan keadaan yang multikultur dewasa ini. Pengertian dari Hilda ini mengajak kita untuk lebih arif melihat perbedaan dan usaha untuk bekerjasama secara positif dengan yang berbeda. Disamping untuk terus mewaspadai segala bentuk-bentuk sikap yang bisa mereduksi multikulturalisme itu sendiri.

Lebih jauh, Pasurdi Suparlan memberikan penekanan, bahwa multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individu maupun kebudayaan. Yang menarik disini adalah penggunaan kata ideologi sebagai penggambaran bahwa betapa mendesaknya kehidupan yang menghormati perbedaan, dan memandang setiap keberagaman sebagai suatu kewajaran serta sederajat.

Multikulturalisme’ (multiculturalisme)-meskipun berkaitan dan sering disamakan-adalah kecenderungan yang berbeda dengan pluralisme. Multikulturalisme adalah sebuah relasi pluralitas yang di dalamnya terdapat problem minoritas (minority groups) vs mayoritas (mayority group), yang di dalamnya ada perjuangan eksistensial bagi pengakuan, persamaan (equality), kesetaraan, dan keadilan (justice).
Multiculturalisme itu mengenai kemajemukan di masyarakat, di utamakan kemajemukan dalam hal suku/ras/kultur/bahasa dll.
Mereka menyebut tentang multiculturalisme atau kepelbagaian budaya di Amerika yang dibantu pula oleh media yang dikatakan “fragmented” atau terpecah-pecah, mendokong semangat kepuakan atau “tribalism”.Maka dikatakan yang sedang berlaku ialah “tribalism within globalism”- kepuakan dalam pensejagatan- atau “globalism in tribalism”-pensejagatan dalam kepuakan dan yang satu mendokong yang lainnya.
Memang keterbukaan yang kini telah dinikmati oleh berbagai kalangan dan lapisan tentu positif, apabila dimaknai dengan baik. Akan tetapi bisa berakibat negatif bila dimaknai sebagai serba boleh dan kebebasan yang destruktif. Oleh karenanya, daerah mesti memiliki kearifan untuk memaknai keberagaman ini dengan multikulturalisme. Dimana multikulturalisme dimaknai sebagai representasi antropologis dalam pembentukan bangsa,
dikarenakan suatu daerah adalah identitas kebangsaan yang kosmopolit dan plural.

Oleh karenanya, multikulturalisme mesti ditempuh dengan memberikan pendidikan multikulturalisme yang merata ke segala lapisan, baik secara kultural maupun struktural. Pendidikan multikulturalisme ini mesti bisa menyentuh inti dari persoalan multikulturalisme ini. Entah multikultural di bidang agama, budaya, cara pandang, sejarah, dan politik. Selain itu, pendidikan multikulturalisme yang dibangun tidak boleh melupakan aspek konflik, artinya konflik yang telah berlangsung selama 30 tahun harus nenjadi titik tolak membangun kehidupan multikultural. Ini dikarenakan konflik telah banyak meruntuhkan sendi-sendi sosial kemasyarakatan.
ISI
Pengertian lesbian mengarahkan kepada praktek untuk memenuhi nafsu seks belaka. Kesalah pahaman terhadap pengertian lesbian ini terjadi akibat subjektivitas laki-laki dalam memaknai hubungan sesama perempuan.
Beberapa lesbian kemudian juga menjalani kehidupan seksual dengan laki-laki atau biseksual, dengan berdasarkan pengalaman awal perempuan tentang cinta dan karena ingin menguji identitas atau orientasi seksualnya.
Pada perkembangan selanjutnya berbagai faktor semakin menguatkan kenapa akhirnya kaum lesbian memilih untuk menjadi lesbian. Dan alasan-alasan itu bisa sangat personal ataupun secara umum. Beberapa tokoh feminis percaya bahwa didalam diri manusia selalu terdapat unsur maskulin (yang cenderung bersikap kelaki-laki an) dan feminin (bersikap keperempuanan) yang dapat menentukan orientasi seksual.
Karena itu terdapat perempuan yang lebih memiliki ketertarikan pada laki-laki dan ada lebih tertarik pada perempuan. Bukan melihat pada jenis kelaminnya melainkan rasa ketertarikan seksual yang timbul ketika perempuan melihat orang lain (dalam hal ini bisa laki-laki atau perempuan).
Ketertarikan seksual inilah yang mendorong keinginan untuk bersama atau memilikiorangtersebut. Selain itu terdapat psikolog yang menyatakan bahwa lesbian bukanlah penyakit kejiwaan melainkan jiwa maskulin yang terperangkap dalam tubuh feminin (perempuan) sehingga ketertarikan secara seksual pada sejenis dapat terjadi.
Di abad ke-20 pengertian lesbian mengarahkan kepada praktek untuk memenuhi nafsu seks belaka.
Kesalahpahaman terhadap pengertian lesbian ini terjadi akibat subjektivitas laki-laki dalam memaknai hubungan sesama perempuan.
Beberapa lesbian kemudian juga menjalani kehidupan seksual dengan laki-laki atau biseksual, dengan berdasarkan pengalaman awal perempuan tentang cinta dan karena ingin menguji identitas atau orientasi seksual.
Homoseksual itu sendiri dapat di artikan sebagai hubungan seksual antara anggota jenis kelamin yang sama atau daya terik seksual sebagai anggota yang tidak wajar, di pandang dari susut pandang legal dalam beberapa kelompok masyarakat. Hawkins ( dalam,2003) mengemukakan bahwa homoseksual merupakan suatu gaya hidup alternativ, bukan gangguan patologis dan homoseksual terjadi dengan keteraturan sebagai suatu variasi seksual.

Istilah homoseksual itu sendiri berasal dari kata homo yang berasal dari bahasa yunani yang berarti manusia, batas ini jelas menekankan pada kesamaan jenis dua manusia yang terlibat dalam hubungan seksual. Pada pengertian kata homo tersebut, maka baik laki-laki atau perempuan yang terlibat dalam hubungan sejenis dapat dikatakan sebagai homo seks. Hal ini sangat penting untuk diungkapkan, mengingat pada perkembangan sekarang ini, istilah homoseks cenderung digunakan untuk laki-laki yang tertarik pada laki-laki.

Sementara untuk perempuan pada kondisi yang sama,digunakan istilah lesbi dengan demikian, bahwa hanya sedikit atau hampir tidak ada lesbian dengan laki-laki homoseks, dengan kata lain, lelaki homoseks dengan perempuan homoseks atau lebih.

Homoseks adalah rasa tertarik secara perasaan dan secara erotik, baik secara predominan atau eksklusiv terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik ( PPDGJ-11,1983), kajian tentang homoseks dapat ditelusuri dari dua pendekatan setudi seksual, yang selalu memikat lantaran mempertemukan beragam aspek kehidupan manusia.

Biseksual adalah karakter dari dua jenis kelamin baik nyata atau tidak, yang menyatu dalam satu tubuh seseorang, baik laki-laki maupun wanita. Akan tetapi, dalam perkembangannya, biseks bukan lagi diartikan sebagai rnereka yang suka pada dua karakter dari dua jenis kelamin yang menyatu dalam satu tubuh.

Pengertian biseks, pada akhirnya berkembang menjadi satu pemahaman yang lebih luas. Biseks diartikan sebagai satu bentuk hubungan seks, baik dengan laki-laki maupun perempuan atau sebaliknya. Di kalangan yuppies, esmud atau selebritis, istilah populernya dikenal sebagai seks double casting, seks double decker, seks AC-DC atau ada juga yang menyebutnya, seks 'duo gardan'.

Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak ada yang baku. Mereka yang memang menyukai aktifitas biseks atau sekadar coba-coba, tak punya istilah baku untuk menyebutkan perilaku purba mereka. Biasanya, mereka cenderung menggunakan istilah yang sifatnya 'samar' dan tak transparan. Namun bagi mereka, istilah tersebut cukup familiar dan jelas maknanya.

Ismed Surachmad, psikolog jebolan Universitas Indonesia, menyebutkan, seseorang yang alami fase peralihan terbilang rentan biseksual. Ditunjang pengaruh lingkungan yang reaktif diserap.
Walau dikatakan sebagai bagian gaya hidup orang modern, tetapi perilaku biseksual tetaplah transparan. "Biseksual bisa dihentikan, tetapi tak mengubah selama dirasa menyenangkan dan membuat dirinya punya nilai tambah," jelasnya.
  • Lebih jauh Ismet mengatakan, kebanyakan yang behavior (tingkah-laku) oral basic, dan bukan kecenderungan satu arah seperti homoseksual. Menurutnya, biseksual itu satu kecenderungan yang diperoleh dari belajar, atau dari meniru.
  • Sebagai contoh, pria yang sudah beristri, masuk ke dalam lingkungan gay, dan dari situ karena dia belajar maka mendapat pengaruh. "Memang benar faktor lingkungan terbilang penentu. Maka dapat dikatakan bahwa biseks banyak dipengaruhi oleh aksi-aksi dari luar. Dia pun sangat reaktif terhadap peran-peran dari luar itu," imbuhnya.
  • Jika diperhatikan lebih jauh, pola biseks sendiri awalnya memang banyak dikenal dan berkembang luas di kalangan model, desainer dan selebriti. Dalam perkembangannya, banyak yang menganggap biseks sama dengan variasi.
  • Yang memprihatinkan, anggapan untuk variasi ini bukanlah dilakukan dengan lawan jenis, namun dengan yang sejenis. Ini juga yang pada akhirnya membuat biseks bukan lagi sekadar perilaku menyimpang, tapi sudah menjadi gaya hidup.
  • Pendekatan terapi seks
    Pendekatan terapi bagi komunitas Lesbi, Homoseksual, Biseksual sebenarnya hampir sama, karena sama-sama penyimpangan dalam hal seksual, yang mungkin banyak komunitas ini tidak mendapatkan tempat di masyarakat biasa. Bahwa lesbi,homoseksual,biseksual ialah Bagian hakiki dari setruktur keperibadian manusia sejak lahir. Tiga unsur seks diatas dikonsepkan sebagai dorongan alamiah, biologik dan sebagai kekuatan instingtif yang mewarnai individu dalam kehidupan pribadi maupun sosial ( Richardson,dalam dewi 2003).
    Pendekatan terapi seks, pengobatan kelompok sebagian diperkenalkan untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan proses terapi dalam menangani beberapa kesulitan seksual tertentu sebagian besar telah digunakan bagi individu dengan masalah seksual, tetapi pada beberapa tempat pengobatan kelompok untuk pasangan juga tersedia tetapi tidak semua pasangan atau individu yang mencari bantuan karena gangguan seksual membutuhkan program terapi seksual yang lengkap.


  1. http://www.acehinstitute.org/
  2. http://www.sekitarkita.com/
  3. http://www.popular-maj.com/
  4. http://www.kompas.com/kesehatan
  5. Oetomo (1991),Richardson,dalam Dewi 2003
  6. Howkins ( Dalam Dewi,2003). PPDGJ-11,1983
  7. http://www.geocities.com/traditionalislam/

Tidak ada komentar: